PENDEKATAN HARGA PENGGANTI DALAM PENILAIAN SUMBER DAYA HUTAN
Menurut Bishop (1999), pendekatan harga pengganti, termasuk metode biaya perjalanan, hedonic price (harga hedonik), dan pendekatan barang pengganti.
Metode ini berdasarkan pada kenyataan bahwa nilai sumber daya yang tidak memiliki harga pasar dapat tergambarkan secara tidak langsung pada pengeluaran konsumen, harga barang dan jasa yang diperjualbelikan, atau dalam tingkat produktivitas dari kegiatan pasar tertentu.
Metode ini terdiri atas :
a. Metode Biaya Perjalanan
Metode ini berdasarkan pada asumsi bahwa konsumen menilai tempat rekreasi sumber daya berdasarkan pada biaya yang dikeluarkan untuk dapat sampai ke tempat tujuan, termasuk biaya perjalanan sebagai biaya oportunitas dari waktu yang dikeluarkan untuk melakukan perjalanan ke tempat wisata.
Tiga tahapan dasar dalam metode ini adalah :
(1) melaksanakan survey terhadap beberapa pengunjung sebagai contoh, untuk mengetahui biaya perjalanan yang dikeluarkan untuk sampai ke tempat wisata. Biaya perjalanan ini termasuk waktu perjalanan, berbagai pengeluaran (cash) selama perjalanan menuju ke tempat wisata sumberdaya sampai dengan kembali ke tempat asal termasuk tiket masuk, biaya parkir dan lain-lain. Tambahan informasi yang dibutuhkan adalah asal pengunjung, faktor sosial ekonomi pengunjung seperti pendidikan dan pendapatan,
(2) mengolah data yang diperoleh untuk menyusun persamaan matematis permintaan pengunjung atas tempat wisata sumber daya,
(3) menghitung nilai tempat wisata bila terdapat perubahan atas kondisi lingkungan. Pada langkah ini perlu diketahui kesediaan membayar konsumen terhadap adanya perubahan kondisi tempat wisata. Dalam perkembangannya, survey untuk metode biaya perjalanan ini dapat dikombinasikan dengan survey untuk metode penilaian kontingensi sebagai estimasi untuk melakukan penilaian atas nilai pilihan dan nilai bukan guna sumberdaya.
b. Harga Hedonik
Metode harga hedonik menekankan pada pengukuran manfaat lingkungan yang melekat pada barang atau jasa yang memiliki harga pasar. Metode ini didasarkan pada gagasan bahwa barang pasar menyediakan pembeli dengan sejumlah jasa, yang beberapa diantaranya bisa merupakan kualitas lingkungan. Penerapan umum teknik penilaian ini adalah pada pendekatan nilai properti dan pendekatan perbedaan upah.
Penerapan pendekatan harga hedonik ini terhadap nilai properti (bangunan) meliputi pengamatan terhadap unsur-unsur yang mempengaruhi nilai properti yaitu lokasi dan pengaruh kualitas lingkungan. Sebagai contoh nilai pasar perumahan, tergantung dari berbagai faktor diantaranya adalah luas bangunan, lokasi, material yang digunakan, dan kualitas lingkungan sekitarnya. Sehingga bangunan rumah dengan kualitas udara segar di sekitarnya, akan membuat orang bersedia membayar lebih mahal dibandingkan rumah dengan kualitas sama tetapi berada pada lingkungan yang jelek.
Metode ini telah digunakan di negara berkembang untuk mengestimasi dampak negatif dari polusi udara dan kebisingan, atau mengestimasi dampak keberadaan fasilitas pengolah limbah dan juga dampak positif kedekatan dengan sumber air dan lahan hijau pada harga pasar perumahan.
c. Pendekatan Barang Subtitusi
Untuk produk-produk sumberdaya yang tidak ada pasarnya atau langsung dimanfaatkan oleh pemungutnya (contoh : kayu bakar), nilai produk tersebut dapat diduga dari harga pasar produk-produk sejenis (contoh : kayu bakar yang dijual di daerah lain) atau nilai terbaik dari barang subtitusi atau barang alternatif (contoh : batubara).
Untuk barang subtitusi yang tidak memiliki harga pasar, nilainya dapat diperkirakan dengan menghitung biaya oportunitas dari pemakaian sebagai barang subtitusi tersebut dalam dua tahap, yaitu :
1) mengestimasi faktor konversi untuk persamaan dua barang subtitusi,
2) mengestimasi pengaruh marjinal pada output, dan juga keuntungan, dari perubahan dalam penggunaan barang subtitusi.
sumber: KONSEP NILAI EKONOMI TOTAL DAN METODE PENILAIAN SUMBERDAYA HUTAN (Fitri Nurfatriani, 2009)